Wednesday, September 30, 2015

Peluncuran BCA Sakuku

Senin lalu pada tanggal 28 September 2015, bertempat di Gedung Menara BCA, saya bersama rekan blogger saya diundang untuk datang menghadiri peluncuran produk terbaru dari BCA, produk tersebut diberi nama Sakuku. Jajaran direktur utama BCA serta manajemen Blibli.com hadir untuk meresmikan serta menjelaskan lebih detail mengenai Sakuku ini kepada bukan hanya blogger, namun juga berbagai jurnalis media, baik media online maupun offline.


Sejalan dengan ekspansi jaringan, BCA mengembangkan produk dan layanan transaksi dengan meluncurkan Sakuku yang dapat diakses melalui aplikasi smartphone yang dapat digunakan untuk melakukan bayar belanja, isi pulsa, dan transaksi perbankan lainnya. Pada prakteknya, para nasabah bisa memiliki uang elektronik dengan nomor handphone sebagai nomor pengenalnya. Untuk dapat mengakses layanan ini, nasabah bisa mengunduh aplikasi Sakuku melalui Google Play Store (Android) dan App Store (iOS). Setelah melakukan registrasi, para nasabah bisa menikmati berbagai fitur Sakuku, di antaranya melakukan transaksi bayar belanja dengan teknologi scan QR code di merchant rekanan BCA baik merchant fisik (toko) maupun merchant online (website), isi pulsa, permintaan isi pulsa, dan transaksi perbankan lainnya yang akan terus dikembangkan dalam versi aplikasi berikutnya.


"Sakuku menjadi salah satu sarana BCA untuk semakin dekat dengan nasabah khususnya generasi muda yang sangat bergantung pada smartphone dalam kegiatan sehari-hari. Sakuku yang fun dan mengikuti tren sangat sesuai dengan lifestyle generasi muda saat ini. Sakuku akan menjadi teman hang-out yang seru bagi anak-anak muda Indonesia." ujar Direktur BCA Suwignyo Budiman.


Dalam penggunaannya, nasabah bisa memiliki maksimal saldo Rp 1.000.000,-  dan top up saldo Sakuku bisa melalui ATM BCA atau melalui KlikBCA Individu. Nasabah dapat menggunakan Sakuku untuk bayar belanja di 13 merchant fisik (toko) yang tersebar pada 114 outlet di Jabodetabek dan merchant online (website) yang akan jumlahnya akan terus bertambah.


Nah ini serunya, bersamaan dengan peluncuran Sakuku ini, 20.000 nasabah pertama yang mengunduh dan registrasi aplikasi Sakuku akan mendapatkan bonus top up saldo Sakuku senilai Rp 50.000,-. Wih kapan lagi dengan hanya unduh aplikasi bisa dapat saldo Rp. 50.000 yang bisa digunakan untuk belanja. Saran saya bagi nasabah BCA yang baca blog saya ini, buruan unduh aplikasi ini sebelum kuota 20.000 terpenuhi.

Friday, September 25, 2015

Citra (Image) & Reputasi Perusahaan

Citra adalah gambaran perusahaan yang dipersepsikan oleh konstituennya. Penggambaran citra didukung oleh identitas-identitas yang dimiliki dan diproyeksikan oleh perusahaan.

 

Reputasi adalah sekumpulan citra dan identitas yang dibentuk perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.


Citra (Image)

Downing mendefinisikan citra sebagai “the set of meanings by which an object is known and through which people describe, remember and relate to it. That is it is the net result of the interaction of a person’s beliefs, ideas, feelings and impressions about an object.” Citra merupakan sekumpulan makna dari obyek yang dikenali dan orang-orang dapat menggambarkan, mengingat, dan menghubungkan obyek tersebut. Citra merupakan refleksi dari realitas organisasi bagaimana organisasi dipandang oleh publiknya (Laksana, 2012).

Citra perusahaan yang baik tidak dapat dibeli tapi didapat oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus. Anggoro menyebutkan bahwa umumnya perusahaan dengan reputasi yang baik memiliki enam hal, yaitu:

1. Hubungan baik dengan pemuka masyarakat,

2. Hubungan positif dengan pemerintah setempat,

3. Resiko krisis yang lebih baik,

4. Rasa kebanggan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran,

5. Saling pengertian antara khalayak sasaran baik internal maupun eksternal,

6. Meningkatkan kesetiaan para staff perusahaan (Sagala, 2012).

Citra terdiri dari berbagai macam tipe. Jefkins dikutip dalam Liliweri membagi citra dalam beberapa jenis (Liliweri 2012 dalam Sagala, 2012).

1. Citra cerminan (mirror image). Yakni citra yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan, terutama para pimpinannya yang tidak percaya apa dan bagaimana kesan orang luar terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu tidak selamanya dalam posisi baik. Terjadinya perbedaan antara citra yang diharapkan dengan kenyataan citra di lapangan, justru mencerminkan citra negatifnya yang muncul.

2. Citra kini (current image). Citra merupakan kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau hal lain yang berkaitan dengan produknya.

3. Citra keinginan (wish image). Citra yang diinginkan adalah seperti apa yang diinginkan dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan oleh publiknya atau masyarakat umum.

4. Citra perusahaan (corporate image). Citra ini berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif yang lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.

5. Citra serbaneka (multiple image). Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, yaitu bagaimana pihak humas akan menampilkan pengenalan terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam, kemudian diidentikkan ke dalam suatu citra serbaneka yang diintegrasikan terhadap citra perusahaan.

6. Citra penampilan (performance image). Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri profesional pada perusahaan bersangkutan, misalnya dalam berbagai kualitas pelayanan dan bagaimana pelaksanaannya.


Reputasi

Menurut Fombrun, reputasi adalah keseluruhan evaluasi dari pencapaian organisasi (Laksana, 2012). Reputasi merupakan sumber daya keunggulan bersaing dimana tanpa persaingan keras reputasi tidak akan jadi masalah (Fombrun dalam Hardjana, 2008). Charles Fombrun menyatakan bahwa reputasi adalah sebuah cara utama seseorang untuk memperoleh informasi mengenai produk yang harus dibeli, ke mana mereka ingin melamar pekerjaan, dan pembelian saham (Argenti dalam Laksana, 2012). Sebuah perusahaan yang memiliki reputasi yang baik akan sangat mudah mendapatkan bibit unggul untuk sumber daya manusia, harga yang kompetitif dari para supplier, dan jumlah sales yang tidak sedikit. Selain itu, reputasi juga memperluas daya tarik perusahaan dan memungkinkan para manajer untuk memberikan harga yang lebih tinggi terhadap produk atau jasa yang ditawarkan (Laksana, 2012).

Reputasi sebuah perusahaan dibentuk oleh beberapa komponen. Argenti dan Forman dalam Laksana (2012) menyebutkan reputasi terdiri atas identitas yang telah terbentuk, citra keseluruhan yang dibentuk publik, dan keselarasan antara identitas perusahaan dengan citra yang dipegang oleh konstituen. Sementara itu, Dowling menambahkan faktor pengalaman dan penilaian terhadap perusahaan juga dapat mempengaruhi reputasi perusahaan (Laksana, 2012).

Untuk mengetahui reputasinya, perusahaan wajib melakukan riset terlebih dahulu. Menurut Laksana (2012), tujuan riset ini adalah untuk mengukur citra dan reputasi dari sudut pandang stakeholder, mengukur citra dan reputasi dari kompetitor, dan indikator dari citra ideal perusahaan.

Riset untuk mengetahui reputasi dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif, reputasi dapat diketahui dari berbagai pandangan stakeholder terhadap perusahaan yang dapat digali secara mendalam melalui introspeksi manajemen, wawancara mendalam dengan individu stakeholder, dan focus group interview dengan kelompok stakeholder terpilih. Sementara itu, riset kuantitatif bertujuan untuk membuat profil dari kontribusi yang diberikan setiap karakteristik yang ada terhadap citra organisasi, mengukur seberapa penting tiap karakteristik bagi setiap orang, dan mengilustrasikan perbedaan karakteristik kompetitor (Dowling dalam Laksana, 2012).

Reputasi yang baik menyumbang banyak manfaat bagi sebuah perusahaan. Hardjana (2008) mengemukakan tiga manfaat strategis dari sebuah reputasi positif perusahaan yang kokoh kuat berkaitan dengan kehangatan hubungan dan komitmen: (a) Dalam persaingan antar produk-produk sejenis dan tingkat kualitas yang mirip, reputasi korporasi memberikan preferensi untuk membangun hubungan bisnis; (b) Bila perusahaan menghadapi situasi kontroversial, reputasi mampu menarik dukungan; dan (c) Di pasar uang, reputasi merupakan “nilai perusahaan” (company’s value).

Reputasi merupakan aset bagi sebuah perusahaan. Layaknya sebuah aset, perusahaan seharusnya mengelola reputasi dengan baik. Ada beberapa strategi Public Relations yang dapat dijadikan acuan dalama melakukan managing reputasi perusahaan, antara lain:


Objective
PR harus membantu menentukan objective perusahaan. Karena tujuan dari komunikasi yang dilakukan mungkin dapat diterima, namun kemampuan untuk dapat mengidentifikasi suatu masalah bukan hal yang mudah. PR harus dapat mengidentifikasi hal-hal yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu


Strategy
Objective yang sudah dirancang dan disiapkan tadi, harus didukung dengan perencanaan yang baik dan matang. Aktivitas tersebut harus terus dilakukan secara berkelanjutan dengan efektif.


• Persepsi
Perusahaan harus membangun persepsi dan itikad baik terhadap publik dan konsumennya. Bagaimana persepsi dibentuk oleh perusahaan dan dimaknai oleh publiknya dapat dilakukan oleh divisi yang langsung berhubungan dengan publik, antara lain divisi PR, marketing, dan sale

• Pesan
Perusahaan harus dapat menyiapkan dan mengemas pesan-pesan yang akan dikomunikasikan dengan publiknya dengan baik. Agar tidak terjadi celah antara persepsi yang diterima oleh publik dengan kenyataan sebenarnya.
 
• Taktik
Taktik atau strategi harus disiapkan dengan menggunakan metode-metode yang relevan dengan hal yang ingin dicapai. Mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi terhadap hal-hal yang sudah terencana dan tak terencana.

• Inisiatif
Perusahaan harus memiliki daya insiatif yang tinggi untuk dapat menentukan dan memilih kegiatan-kegiatan apa saja yang bermanfaat untuk dapat membangun reputasi yang baik pada perusahaan.
 
• Kalendar
Penentuan kalendar atau penjadwalan acara-acara yang dilakukan oleh perusahaan, mempengaruhi jadwal kegiatan yang dilakukan oleh divisi PR, oleh karena itu perusahaan harus dapat bekerjasama dengan baik dengan divisi PR dalam melakukan kegiatan-kegiatan komunikasi.

• Perhatian
Perusahaan harus dapat mengetahui isu-isu yang berkembang yang berkaitan dengan reputasi perusahaan tersebut, dan melakukan audit dan analisa terhadap kasus tersebut.

• Kompetisi
Divisi PR harus dapat mengevaluasi efektifitas kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan membandingkannya dengan perusahaan pesaingnya. Dengan mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh pesaing, maka PR dapat menentukan dan meningkatkan kegiatan yang dapat membangun reputasi yang berbeda dari saingannya.

• Penilaian
Perusahaan harus dapat memberikan penilaian terhadap program-program yang dilakukan secara keseluruhan, dan memberikan penilaian terhadap efektifitas kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Management
Bagaimana perusahaan dapat melihat kemampuan fungsi divisi PR serta memberikan rekomendasi,masukan-masukan, dan saran untuk meningkatkan prestasi.
• Sumber Daya
Perusahaan harus dapat memberikan pengetahuan-pengetahuan dan pendidikan kepada sumber daya manusia untuk memberikan kepuasan terhadap perusahaan, dengan mengadakan acara-acara seperti seminar regional, dan briefing, sehingga dapat mengadakan komunikasi langsung antara perusahaan dengan karyawan.

Setelah membuat strategi-strategi yang akan digunakan dalam proses komunikasi, PR sebagai perwakilan perusahaan dan juru bicara dalam mengomunikasikan pesan-pesan yang berkaitan dengan corporate branding yang harus secara konsisten diinformasikan oleh korporasi yang merefleksikan misi dan visi perusahaan serta membuat program-program PR yang dapat membangun reputasi yang baik suatu perusahaan kepada internal publik dan eksternal publik.


Citra (Image) & Reputasi Wakai

 


Wakai, merek espadrilles yang sedang ngetren di Indonesia, ditulis dalam huruf kanji. Wakai Raifusairu, nama lengkapnya, diambil dari bahasa Jepang yang berarti “gaya hidup muda”.



Sebenarnya, Wakai adalah produk asli Indonesia. Kasut kain tersebut diproduksi PT Metroxx Global, pemegang lisensi produk fashion mancanegara, termasuk Crocs dan Superdry. Tangan Jepang hanya menyentuh sebagian kecil prosesnya. “Sebagian besar desain dibuat desainer Jepang,” kata Hendrick Setioadithyo, Kepala Komunikasi Pemasaran Wakai, seperti ditulis Koran Tempo, akhir pekan lalu. Berbekal sentuhan tangan asing tersebut, mereka pun mencantumkan embel-embel made of Japan, yang sekilas terbaca made in Japan.

Meluncur pertama kali pada 2012, tren penjualan Wakai naik dengan rata-rata 40 persen. Hendrick mengatakan, sepanjang tahun 2014, mereka melego 35 ribu pasang sepatu saban bulan. Wajar jika kita bisa dengan mudah mendapati kasut-kasut centil tersebut di kanan-kiri kita. Mereka telah berekspansi ke Malaysia dan Singapura mulai Juni 2014 lalu.



Produk yang sangat terkenal dari produsen ini adalah Wakai Shoes yang memiliki keunikan dan trendi mengkuti gaya hidup anak muda saat ini. Selain itu juga tersedia produk fashion lainnya seperti kemeja, tas dan beberapa aksesoris seperti jam tangan.


Dilihat dari peningkatan penjualan Wakai, menunjukkan citra positif Wakai sebagai brand asal Indonesia dengan style Jepang membuat banyak anak muda berpikiran bahwa Wakai adalah brand asal Jepang. Segala hal yang ala-ala Jepang yang sangat ngetren bagi anak muda saat ini membuat Wakai dapat diterima dengan baik bagi anak muda dan memiliki reputasi positif sebagai brand yang trendi.
 

Source:
http://www.academia.edu/5809607/Manajemen_Citra_Identitas_dan_Reputasi
http://gaya.tempo.co/read/news/2014/08/11/110598771/wakai-toms-dan-tren-sepatu-kanvas